Sastra
kanon, atau lebih nyaman disebut sebagai sastra serius, merupakan genre sastra
yang muncul dalam diskusi yang relatif panjang. Awal munculnya konsep kanon di
Indonesia bisa dilihat dari cara Ajip Rosidi ketika menyusun daftar karya sastra untuk
dibaca oleh masyarakat, beliau menyusun daftar bacaan yang begitu representatif, seperti: Sitti Nurbaya, Layar Terkembang,
Keluarga Gerilya, Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk, Ziarah, Merahnya Merah,
dan masih banyak lagi (Hae 2018). Beberapa
prosa yang telah disebut baru saja tidak ditulis sembarangan, melainkan di
dalamnya terselubung konteks yang representatif pada masanya. Namun
pembicaraan sebenarnya yang lebih penting adalah bagaimana diskusi awal sastra
kanon, utamanya dalam konteks genealogisnya, atau asal usul dan sebabnya.
Sebenarnya,
diskusi tentang kanon bisa dikatakan muncul sepeninggal John Wolfgang Goethe dengan gagasan
sastra dunianya yang menjadi rahim dari sastra bandingan, juga sastra kanon
yang lahir dari rahim sastra bandingan (Perdana 2018). Goethe, seorang pujangga besar yang berasal dari Jerman, mulanya melihat bahwa corak
sastra pada saat itu, abad 18-19 awal, masih bersifat nasionalistik , dalam artian: terkotak-kotak dalam bingkai monarki ataupun negara. Pada akhirnya beliau
memiliki gagasan bahwa perlunya penjumlahan atau penggabungan atas sastra yang
terkotak-kotak itu, dan inilah yang kemudian dikenal sebagai sastra dunia atau world literature (atau welt literature
dalam bahasa Jerman) (Stephen 2019). Orientasi awal
mengenai sastra dunia sebenarnya sebagai penjumlahan atas sastra dari segala
macam peradaban, dalam artian ini menghimpun, bukan menyusun.
Sepeninggal
Goethe (tahun 1832), diskusi mengenai sastra dunia pada akhirnya sedikit
berubah. Perubahan ini selain melahirkan disiplin baru dalam ilmu sastra, yakni
sastra bandingan (comparative literature),
juga diinisiasi oleh nasionalisme bangsa Eropa yang semakin menguat, mengingat abad 18-19
adalah abad revolusi oleh bangsa-bangsa Eropa. Sastra bandingan sendiri lebih menekankan
komparasi antar karya sastra satu dengan yang lain, bisa dibilang sebagai wahana
bertarungnya karya sastra, bisa sastra antar negara maupun sastra antar daerah,
namun pada masa itu lebih digunakan sebagai pertarungan sastra antar daerah,
pemenang ini nantinya dinobatkan sebagai puncak sastra nasional. Akhirnya,
pemahaman sastra dunia diilhami sebagai puncak-puncak dari sastra nasional yang
dimuat dalam data yang begitu representatif (Usmani 2020).
Sastra
bandingan ini selain kerap digunakan untuk mengadu dua atau lebih karya sastra
dari berbagai negara dan antar daerah, juga ada untuk satu tujuan, yakni apa dan siapa
yang layak untuk dibaca dan dipercaya. Dalam artikelnya yang terbit pada tahun
1868, Sante Beuve mengatakan bahwa Perancis adalah salah satu bangsa pertama yang
mencoba mengadu karya sastra untuk dapat diketahui puncak-puncaknya (Damono 2005). Akhirnya
puncak-puncak karya sastra nasionalistik inilah yang dikenal sebagai sastra
kanon atau sastra serius. Adapun barisan yang kalah dalam bertarung pada akhirnya
bisa disebut sebagai sastra populer atau sastra tidak serius.
Istilah
kanon sendiri sebenarnya berasal dari bahasa Yunani yang memiliki arti sebagai mistar
(penggaris atau alat ukur). Diinisiasi dan dibentuk atas dasar yang bertendensi
pada daftar bacaan yang dimuat dalam data nasional, tentu sastra kanon tidak
memiliki cara bermain yang objektif. Bagaimana kemudian ini disebut sebagai translatio imperii, satu gagasan mutlak yang mengatakan
bahwa suatu imperi atau kekuasaan dapat diterjemahkan kepada pewaris, atau
genetis, yang sah. Katakanlah satu penulis yang memiliki popularitas tinggi
bisa menciptakan dua hingga tiga penulis lain dengan kadar popularitas yang
bisa jadi setara, atau hubungan genetis antara penulis dengan keturunannya.
Jika
Goethe dalam gagasan sastra dunianya adalah menghimpun seluruh sastra dari
sembarang peradaban (inklusif), maka sastra kanon lebih memilah tentang apa dan
siapa yang layak untuk dibaca dan dipercaya (eksklusif), dan alat untuk memilah
itu adalah studi comparative literature
(sastra bandingan). Selain studi komparasi, translatio
imperii juga ikut andil dalam rangka penyusunan daftar bacaan sastra
nasional itu. Bagaimana kemudian popularitas kepengarangan sangat berpotensi untuk dapat diciptakan atau
diturunkan, dalam artian ini adalah proses terjemahan kekuasaan.
Bisa
dikatakan, jalan sempit dari semua ini adalah sastra populer. Sebuah sastra
yang bebas dari belenggu apapun, juga siapapun. Sastra berjenis ini hadir sebagai
oposisi dari sastra kanon yang cenderung serius dan jarang diresepsi dalam kadar yang tinggi. Namun tetap saja, sastra populer sejauh ini sedikit menempati daftar
bacaan sastra nasional (untuk dipamerkan ke kongres sastra dunia). Dekade ini
kebanyakan diisi dan diwarisi oleh penulis sastra kanon yang cenderung relevan
dengan konvensi sastra, sedikit banyak lahir dari akademisi maupun praktisi.
Inti
dari pembicaraan ambigu di atas adalah bahwa sastra dunia (welt literature) yang menjadi
latar belakang atas berdirinya disiplin baru dalam wajah kesusastraan: sastra
bandingan yang melahirkan sastra kanon, juga sastra populer yang hadir sebagai
oposisi sastra kanon. Mulanya sastra dunia memiliki visi untuk menghimpun
keseluruhan sastra dari sembarang peradaban, sebelum akhirnya berganti menjadi
puncak-puncak sastra nasional (sastra kanon) yang telah diproses melalui
rambu-rambu (sastra bandingan) yang telah disepakati. Dan imbas dari semua itu
adalah lahirnya barisan patah hati (sastra populer) yang cenderung bebas dari
tekanan.
Oleh:
Rafi Ferdiansyah
Referensi
Damono, Sapardi Djoko.
2005. Pegangan Penelitian Sastra Bandingan. Jakarta: Pusat Bahasa.
Hae, Zen. 2018. “Menjelang Kanon Sastra Indonesia.” Beritagar.Id.
Retrieved March 26, 2022 (https://beritagar.id/artikel/telatah/menjelang-kanon-sastra-indonesia).
Perdana, Agni Vidya. 2018. “Biografi Tokoh Dunia: J Wolfgang von Goethe,
Sastrawan Modern Terbesar Jerman Halaman All - Kompas.Com.” Internasional
Kompass. Retrieved March 26, 2022 (https://internasional.kompas.com/read/2018/08/28/20503301/biografi-tokoh-dunia-j-wolfgang-von-goethe-sastrawan-modern-terbesar?page=all).
Stephen. 2019. “Welt Literature - Concept of Weltliteratur (Goethe Is the
Originator of the Concept of Weltliteratur).” Course Hero. Retrieved
March 26, 2022 (https://www.coursehero.com/file/35411731/Welt-literaturedocx/).
Usmani, Hafsa. 2020. “Comparative Literature: History and Comprehensive
Overview.” Course Hero. Retrieved March 26, 2022
(https://www.coursehero.com/file/65016231/Comparative-Literature-Mid-termpdf/).
0 Komentar